Diduga Mencemari Sungai, Tiga Perusahaan Tambang di Halteng Diminta Ditendak Tegas

Lafran Gibran, Sekretaris Hima Halmahera Tengah Jabodetabek


MindsetBanten, Jakarta - Tercemarnya air sungai di Desa Sagea, Halmahera Tengah diduga akibat aktifitas perusahaan tambang menuai kritik dari sejumlah kelompok. 

Pasalnya, air sungai Sagea telah berubah keruh kecoklatan sejak beberapa perusahaan tambang mulai beroperasi di kawasan sungai Sagea.

Padahal, air sungai tersebut menjadi sumber penghidupan warga sekitar, dan air kerap digunakan untuk minum, mandi dan berwisata. 

Aliansi dari Himpunan Mahasiswa Halmahera Tengah Jabodetabek pun mendesak pemerintah setempat agar segera bertindak untuk menghentikan aktifitas perusahaan. 

"Masyarakat desa Sagea sudah mengalami krisis air bersih sejak sungai Sagea tercemar karena diduga adanya aktivitas pertambangan," kata Lafran Gibran Abd. Rahim Odeyani, sekretaris Hima Halteng Jabodetabek saat memberi keterangan, Selasa, 29/08.

Lafran menduga kuat bahwa tercemarnya air sungai Sagea berkaitan dengan aktifitas yang dilakukan tiga perusahaan dibagian hulu sungai yakni WBN, HSM dan Tekindo. 

Menurut Lafran, sejak pertengahan Agustus lalu, kondisi air sungai Sagea kian bertambah parah dan air sudah tidak lagi digunakan masyarakat sekitar. 

Tak hanya itu, pihaknya mengaku wisata goa Bokimoruru yang arus airnya dari sungai Sagea juga telah sepi dari pengunjung akibat keruhnya air. 

"Tercemarnya air sungai berimplikasi parah juga ke tempat wisata. Sekarang udah sepi dan UMKM yang berjualan disana secara otomatis juga kehilangan pendapatan," kata Lafran. 

"Nelayan kena dampak dan petani juga kena dampak. Karena air itu juga digunakan untuk bertani," katanya lagi. 

Lanfan mendesak supaya pemerintah daerah mengambil sikap tegas dengan menertibkan perusahaan agar tidak merusak ekosistem yang menjadi sumber penghidupan masyarakat sekitar.***


Pewarta: Fikar (kontributor Jabodetabek)

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url