Terkuak! Ternyata Syekh Siti Jenar Tidak Dibunuh Wali Songo, Diungkap Agus Sunyoto dalam Tetralogi Suluk Abdul Jalil

Makam Syekh Siti Jenar di Cirebon
Makam Syekh Siti Jenar atau Syekh lemah Abang di Cirebon. Doc. Disbudpar Kota Cirebon


MindsetBanten.com - Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang merupakan wali Allah masyhur yang pengetahuannya melampaui zamannya. 

Semasa hidup, Syekh Siti Jenar termasuk ulama penyebar Islam di tlatah Jawa, dan paling keras menentang praktek feodalisme raja Jawa yang dia anggap menindas masyarakat kecil, dan tentu saja bertentangan dengan syariat Islam. 

Berkat penentangannya itu, Syekh Siti Jenar, disebut banyak riwayat diganjar hukuman mati oleh walisongo dengan tudingan menyebarkan kesesatan. 

Setelah eksekusi mati itu, jasad Syekh Siti Jenar tidak pernah jelas keberadaannya hingga sekarang. 

Setelah abad demi abad berlalu, dan kisah mengenai Syekh Siti Jenar perlahan hilang di telan bumi, terkuak kembali ke permukaan tentang kematian Syekh Siti Jenar. 

Pasalnya, Syekh Siti Jenar meninggal dalam keadaan normal layaknya manusia pada umumnya. Yang tak kalah mengagetkan, Syekh Siti Jenar tidak pernah dieksekusi mati oleh Walisongo. 

Hal tersebut dikisahkan Agus Sunyoto dalam buku 'Suluk Malang Sungsang, Konflik dan Penyimbangan Ajaran Syaikh Siti Jenar Buku ke-7. Berikut kisahnya.

Di masa berkuasanya Tranggana, semua kekuatan-kekuatan di arus bawah dikonsolidasikan untuk memperkokoh kedudukannya sebagai penguasa tunggal sepeninggal Patih Unus. Kekuatan arus bawah termasuk juga kelompok-kelompok Islam dan walisongo. 

Di bahwah kuasa Tranggana pula, kekuatan-kekuatan yang terkonsolidasi disebut-sebut mulai melakukan pemurnian ajaran Islam sesuai dengan kehendak penguasa yang pada gilirannya berimbas pada ajaran Syeh Siti Jenar yang diakui atau tidak membahayakan kedudukan Tranggana, bukan terhadap Islam itu sendiri.

Sehingga, padukuhan-padukuhan yang dibangun Syeh Siti Jenar mulai jadi buruan kaum bangsawan dengan begundal-begundalnya dari kelompok Islam yang akidahnya telah rusak disusupi kekuasaan duniawi.

Tidak jarang dalam penertiban terhadap padukuhan-padukuhan yang didirikan Syeh Siti Jenar menurut Agus Sunyoto dilakukan dengan cara-cara keji dan biadab.

Pemburuan dan pembasmian terhadap padukuhan dan orang-orang yang dianggap sebagai murid Syeh Siti Jenar terus berlanjut hingga pada akhirnya banyak dari mereka berpencar dan menyelematkan diri ke berbagai tempat.

Setelahnya, murid-murid Syekh Siti Jenar mengalami perpecahan hingga menjadi banyak kelompok sepeninggal Syekh Siti Jenar. Hal tersebut berdasarkan pengakuan murid Syeh Siti Jenar, Ki Saridin kepada Raden Syahid seperti dikisahkan dalam buku tersebut.

Mereka terpecah menjadi tiga kelompok yang saling bersaing. Kelompok pertama memilih pemimpin sendiri untuk melanjutkan ajaran tarekat yang diwariskan kangjeng syaikh. Kelompok kedua, dua tiga orang warga di sejumlah dukuh secara sepihak mengajarkan ajaran batiniah yang dinisbatkan kepada kangjeng syaikh dengan alasan mereka mendapat wangsit langsung dari Allah untuk meneruskan tugas sang guru, membimbing manusia menu ju Kebenaran Sejati. Yang terakhir, beberapa orang warga desa di sekitar dukuh mengajarkan ajaran batiniah yang juga dinisbatkan kepada kangjeng syaikh dengan alasan telah ditemui sendiri oleh arwah Syaikh Lemah Abang. Mereka mengaku ditugasi kangjeng syaikh untuk meneruskan ajarannya. Sungguh, tiga kelompok orang ini sangat membahayakan ajaran kangjeng syaikh, karena setahu kami mereka itu kurang memahami ajaran kangjeng syaikh secara benar dan sangat sedikit memahami ilmu-ilmu Keislaman.

Tak berhenti disitu, di luar juga banyak bermunculan padukuhan-padukuhan baru yang didirikan oleh orang-orang yang mengaku sebagai Syeh Lemah Abang.

Tersebutlah dari padukuhan-padukuhan palsu ini nama tokoh Hasan Ali dan Gurunya bernama San Ali Anshar yang mengaku-aku sebagai Syeh Siti Jenar.

Hasan Ali semula bernama Raden Anggaraksa, putera Rsi Bungsu dan cucu dari Prabu Surawisesa, Yang Dipertuan Galuh Pakuan.

Sementara San Ali Anshar adalah guru ruhani Hasan Ali. Sebagaimana Hasan Ali, San Ali Anshar mendirikan dukuh-dukuh Siti Jenar, Kajenar, dan Kamuning tidak jauh dari dukuh-dukuh yang pernah didirikan oleh Syaikh Datuk Abdul Jalil.

Di dukuh-dukuh itulah dia mengajarkan tarekat ganjil yang campur aduk dengan ilmu ketabiban, ilmu sihir, dan ilmu kanuragan. Dia bernama lengkap San Ali Anshar al-Isfahany, pengkhianat tengik yang menjadi penyebab kehancuran keluarga istri Syeh Siti Jenar di masa lalu.

Jadi sebenarnya yang kelak dibunuh oleh Syarif Hidayatullah dan Raden Sahid itu sesungguhnya bukanlah Syeh Siti Jenar. Namun yang dibunuh oleh mereka adalah Hasan Ali dan San Ali Anshar.

Sementara issu tentang Syeh Siti Jenar mayatnya menjadi bangkai Anjing adalah rekayasa ulama jahat abdi Tranggana. 

Mereka mengabsahkan titah pelarangan ajaran Syaikh Siti Jenar oleh Sultan Demak melalui cerita-cerita yang membodohkan manusia. Untuk mengabsahkan pelarangan itu, mereka menebar cerita bohong bahwa yang membunuh Syaikh Lemah Abang adalah Majelis Wali Songo.

Padahal, yang membunuh San Ali Anshar di Pamantingan adalah Raden Sahid. Lalu, yang membunuh Hasan Ali di Kanggaraksan Caruban adalah Syarif Hidayatullah dengan keris Kanta Naga. 

Jadi, Majelis Wali Songo tidak pernah bersidang di Masjid Agung Demak untuk mengadili Hasan Ali maupun San Ali Anshar. 

Itu semua kabar bohong yang dibikin alim ulama Tranggana. Tetapi biar saja begitu, karena dengan cerita-cerita itu keberadaan Syaikh Lemah Abang, Syaikh Siti Jenar, Syaikh Sitibrit, Syaikh Jabarantas, Susuhunan Binang, Pangeran Kajenar, benar benar telah jatuh sebagai tanah yang diinjak-injak dan direndahkan manusia sesuai kehendak dan keinginan Syaikh Datuk Abdul Jalil.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url