Ratu Cleopatra VII, Pemimpin Perempuan Dalam Pusaran kisah Romansa Cinta yang Melegenda

Ratu Cleopatra VII
Ratu Cleopatra VII, Pemimpin Perempuan Mesir Kuno Dalam Pusaran kisah Romansa Cinta yang Melegenda



MindsetBanten.com - Ratu Cleopatra VII, Gadis cantik yang dilahirkan di Alexandri, Mesir, pada Januari tahun 69 SM ini ternyata bukanlah keturunan asli Mesir, melainkan keturunan Ptolemy yang berdarah Yunani dan berasal dari Macedonia. Cleopatra terlahir dari keluarga Kerajaan, putri dari salah satu kerajaan Dinasti Mesir kuno bernama Ptolemy. Ia adalah anak ketiga dari enam bersaudara.

Selain memiliki wajah dan paras yang cantik, Cleopatra juga tumbuh sebagai Perempuan Cerdas dan Berprinsip. Hal inilah yang membuat Cleopatra bertahan dari intrik di keluarganya yang nekat untuk saling membunuh demi meraih Kekuasaan.

Cleopatra bukan hanya terkenal karena paras kecantikannya. Namun, disaat ia memegang kekuasaan sebagai seorang Ratu Mesir kuno justru ia dikenal karena kecerdasannya. Ia bukan hanya sekedar seorang Ratu Mesir, tapi ia juga seorang diplomat ulung dan Ahli Politik.

Selain fasih berbahasa Mesir, Cleopatra pun mampu menguasai bahasa Yunani dan bahkan ia mampu menjadi Pemimpin armada perangnya sendiri untuk melebarkan sayap Kekuasaannya pada masa itu.

Pada akhirnya, Cleopatra pun menikah dengan lelaki bernama Mark Anthony, seorang Jendral Romawi. Meski begitu, pernikahan mereka justru menjadi penyebab terjadinya skandal di Roma.

Skandal itu yang kemudian dimanfaatkan oleh saingan Anthony yaitu Octavianus sebagai Propaganda dan menuduh Anthony telah berkhianat dari kerajaan Romawi. Dipicu dari sinilah akhirnya Peperangan meledak.

Pada tahun 32 SM, kerajaan Romawi mengirimkan sebuah petisi yang menyatakan siap berperang melawan Cleopatra dan Kerajaannya. Pada tahun berikutnya, Cleopatra memimpin langsung belasan Armada laut Actium melawan kerajaan Romawi yang berada dibawah kepemimpinan Octavianus.

Sayangnya, dalam peperangan tersebut Cleopatra mengalami kekalahan dari kerjaan Romawi. Dan akhirnya membuat Cleopatra dan suaminya pun terpaksa kabur dari Mesir. Setelah berhasil menaklukan kerajaan yang dipimpin oleh Ratu Cleopatra, August yang merupakan Raja Romawi saat itu menginginkan namanya diabadikan dalam sebuah bulan untuk mengenang kemenangan Romawi atas Mesir.

Provokasi yang dilakukan Octavianus melalui Senat dan warga Romawi itu dilakukan dengan cara menuduh Antonius sebagai laki-laki yang tidak bertanggungjawab, yang meninggalkan istri dan anak-anaknya di Roma untuk bersenang-senang dengan Ratu Cleopatra di Mesir, menyerang Armenia dan Parthia tanpa persetujuan Senat, dan membagi wilayah Romawi di Timur kepada anak-anak hasil hubungannya dengan Ratu Cleopatra.

Setelah termakan provokasi tersebut, Senat mencabut seluruh wewenang Antonius dan menyatakan sikap siap berperang tumpah darah dengan Ratu Cleopatra. dan pada akhirnya itu pula yang menjadikan Antonius dan Cleopatra mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri karena satu dan lain hal. Dan anak hasil hubungan Antonius dan Cleopatra yang bernama Caesarion kemudian dibunuh atas perintah dari Octavianus.

Lalu bagaimana peranan Cleopatra selaku kepala Monarki? Sebagaimana lazimnya para penguasa Macedonia di abad kuno, Ratu Cleopatra memerintah Mesir beserta tanah-tanah jajahannya semisal Siprus selaku seorang Kepala Monarki yang berkuasa mutlak, dan mengemban kewenangan selaku satu-satunya Perancang Undang-undang dikerajaannya. Ia adalah kepala pemuka Agama di wilayah kekuasaannya.

Yang memimpin Upacara-upacara pemujaan Dewa-Dewi Mesir maupun Yunani. Ia menyelenggarakan kegiatan pembangunan berbagai macam Kuil pemujaan Dewa-dewi Mesir dan Yunani pada abad kuno. Ratu Cleopatra secara langsung menangani urusan-urusan administratif di wilayah kekuasaannya.

Ia menanggulangi kepentingan yang terjadi di masyarakatnya seperti Bencana kelaparan dan memerintahkan lumbung-lumbung kerajaan untuk membagi-bagikan bahan pangan kepada rakyat yang kelaparan, dan di landa musim kemarau.

Pada masa awal pemerintahannya, meskipun sistem ekonomi politik terpimpin yang ia terapkan hanya tinggal cita-cita besar yang tak banyak terwujud, pemerintahannya telah berupaya memberlakukan pengendalian harga pangan dan me-monopoli negara atas barang-barang tertentu, mematok nilai tukar yang tetap terhadap mata uang asing, serta menegakan aturan-aturan hukum dan norma-norma yang ketat, yang mewajibkan para petani untuk bermukim di desa masing-masing selama musim tanam dan panen.

Gejolak perekonomian yang tampak jelas di depan mata mendorong Ratu Cleopatra menurunkan nilai uang logam keluaran masa pemerintahannya yang terdiri atas uang perak dan uang perunggu. Tetapi tanpa uang emas seperti yang terdahulu kala pernah diterbitkan oleh beberapa penguasa dari Bangsa Ptelomaios.

Meskipun secara historis kehidupan Ratu Cleopatra VII diriwayatkan dalam hampir 50 karya tulis Historiografi Romawi dari abad kuno, sebagian besar riwayat-riwayat ini hanya berupa keterangan ringkas. Meskipun biografi Cleopatra disusun oleh Plautarkos pada tahun masehi, merupakan karya tulis Peninggalan abad kuno yang memuat paling lengkap mengenai historis kehidupan Ratu Cleopatra VII.

Plautarkos, yang hidup se-abad sesudah Cleopatra, medasarkan karya tulisnya pada sumber-sumber primer, misalnya keterangan dari Filotais dan Amfisia yang diizinkan memasuki Istana kerajaan Bangsa Ptolemaios.

Keterangan dari Tabib pribadi Ratu Cleopatra yang bernama Olimpos, dan ketetangan dari Kuintus Delius, salah seorang sahanat dekat Markus Antonius dan Ratu Cleopatra.

Nama Ratu Cleopatra VII nyaris tidak disebut-sebutkan dalam De Bello Alexandrio (Perihal Perang Alexandria), memuat peninggalan seorang perwira staf bawahan yaitu Yulius, Kaisar yang tidak diketahui namanya.

Senator Ceciro, yang mengenal Ratu Cleopatra VII secara pribadi menyajikan keterangan mengenai ratu Cleopatra tanpa sanjungan dan pujian-pujian dalam karya tulisnya. Verjilius, Horasius, Propersius dan Ovidius adalah pujangga-pujangga Romawi kuno yang berkarya pada masa kekaisaran August melestarikan anggapan-anggapan negatif mengenai Ratu Cleopatra yang disetujui oleh rezim yang berkuasa kala itu.

Meskipun Verjilius memunculkan gagasan-gagasan mengenai Ratu Cleopatra VII sebagai sosok pribadi yang lekat dengan romansa kisah percintaan dan melodrama kepemimpinan perempuan kala itu Horasius juga menganggap bahwa tindakan bunuh diri yang dilakukan Ratu Cleopatra VII adalah keputusan yang tepat.

Sosok Cleopatra VII diabadikan dalam berbagai macam karya seni rupa abad kuno, baik yang berlagam Mesir kuno maupun yang berlagam Yunani dan Romawi kuno.

Citra-citra Ratu Cleopatra VII yang dibuat semasa hidupnya adalah hasil karya seniman-seniman dari dalam maupun luar negeri Mesir. Nama Ratu Cleopatra VII ini melambangkan seorang yang terampil, Ulet, Berani, cerdas dan kompeten. Ia adalah orang yang lembut hati dan murah hati.

Secara alamiah orang ini adalah seorang perempuan pemimpin, pembicara dan pemberi pidato. Karena bakat dan naluriahnya tersebut, Ratu Cleopatra VII memang tidak mencerminkan kualitas pribadinya, namun memiliki nama yang bagus akan membantu seseorang menjadi lebih percaya diri dan lebih bersemangat untuk menjadi pribadi yang positif, serta selalu berusaha agar hidupnya dapat bermanfaat untuk banyak orang.***



Penulis: Ismatullah
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url