Sosialisasi Politik Digital bagi generasi menumbuhkan kesadaran demokrasi di era saiber

‎Perkembangan teknologi digital telah mengubah wajah demokrasi modern. Ruang publik kini tidak lagi hanya berada di jalanan, aula pertemuan, atau gedung parlemen, melainkan berpindah ke layar ponsel dan media sosial. Di situlah opini dibentuk, dukungan dikumpulkan, dan konflik dipertajam. Di tengah situasi ini, Generasi Z menjadi aktor penting sekaligus kelompok yang rentan dalam dinamika politik digital.

‎Realitas inilah yang melatarbelakangi kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan UNPAM Serang yang dilaksanakan di SMA Nurul Islam Kota Serang pada Kamis, 27 November 2025 bersama dengan perwakilan mahasiswa. Kegiatan ini mengusung tema Sosialisasi Politik Digital bagi Generasi Z: Menumbuhkan Kesadaran Demokrasi di Era Siber sebagai bentuk kontribusi nyata dunia akademik dalam membangun generasi muda yang sadar politik, kritis, dan bertanggung jawab.

‎Sebagai generasi yang lekat dengan gawai dan media sosial, Generasi Z memiliki akses informasi yang sangat luas. Dengan sekali sentuh, mereka dapat mengetahui peristiwa politik di berbagai belahan dunia, mengikuti isu nasional, bahkan menyuarakan pendapatnya ke ruang publik. Namun di balik kemudahan itu, tersimpan bahaya yang tidak kecil: hoaks politik, ujaran kebencian, manipulasi informasi, hingga propaganda yang dapat menggiring opini secara tidak sehat.

‎Tanpa bekal literasi digital dan kesadaran politik, generasi muda berpotensi menjadi korban sekaligus perantara penyebaran informasi yang keliru. Padahal, kualitas sebuah demokrasi sangat bergantung pada kualitas warganya. Demokrasi yang sehat membutuhkan warga yang mampu berpikir rasional, menimbang informasi, dan memahami bahwa kebebasan berekspresi selalu berjalan berdampingan dengan tanggung jawab.

‎Dalam kegiatan PKM di SMA Nurul Islam, Dosen Ilmu Pemerintahan UNPAM Serang menyampaikan materi seputar pentingnya kesadaran politik digital. Siswa diajak untuk memahami bahwa politik tidak hanya berkaitan dengan pemilu atau partai, tetapi juga melekat pada aktivitas sehari-hari di ruang digital, mulai dari cara menyikapi isu yang viral, membagikan konten, hingga memberikan komentar di media sosial.


‎Sosialisasi ini menekankan pentingnya lima hal utama: kemampuan memilah informasi, kesadaran akan bahaya disinformasi, pemahaman tentang etika digital, penghargaan terhadap perbedaan pendapat, dan kesadaran akan peran generasi muda dalam menjaga persatuan bangsa. Diskusi berlangsung secara interaktif, di mana para siswa juga diminta untuk menceritakan pengalaman mereka berhadapan dengan konten-konten politik di media sosial.

‎Salah satu narasumber PKM Dosen, Anggi Anggraeni Kusumoningtyas, menegaskan bahwa generasi muda harus memaknai aktivitas digital sebagai bagian dari tanggung jawab kewarganegaraan. Dalam pemaparannya ia menyampaikan:

‎“Di era siber hari ini, politik tidak lagi hanya berlangsung di parlemen atau di TPS, tetapi juga di layar ponsel kita. Setiap unggahan, komentar, dan ‘like’ memiliki implikasi politik. Karena itu, Generasi Z harus menyadari bahwa mereka bukan sekadar pengguna media sosial, melainkan warga negara digital yang bertanggung jawab atas keberlanjutan demokrasi.”

‎Kutipan tersebut menjadi refleksi penting bahwa ruang digital bukanlah wilayah netral dan bebas nilai. Ia adalah arena pertarungan ide, kepentingan, dan kekuasaan yang sering kali bekerja secara halus melalui algoritma dan popularitas konten. Jika tidak disadari, pengguna media sosial dapat dengan mudah digiring pada polarisasi, fanatisme, bahkan kebencian terhadap pihak yang berbeda.

‎Sosialisasi politik digital ini juga menjadi ruang pembelajaran bahwa perbedaan pandangan merupakan bagian wajar dari kehidupan demokratis. Yang perlu dijaga adalah cara menyikapinya, yakni dengan dialog, argumen rasional, dan saling menghormati. Sikap inilah yang menjadi fondasi utama bagi terbentuknya budaya politik yang sehat.

‎Lebih jauh, kegiatan ini menunjukkan bahwa sekolah memiliki peran strategis dalam membentuk warga negara yang sadar demokrasi. Pendidikan bukan hanya tentang angka dan nilai akademik, melainkan juga tentang pembentukan karakter, etika, dan tanggung jawab sosial. Ketika siswa diajak memahami hak dan kewajibannya sejak dini, maka mereka akan tumbuh menjadi generasi yang tidak mudah terprovokasi dan lebih siap menjadi pemimpin di masa depan.

‎Kegiatan PKM Dosen Ilmu Pemerintahan UNPAM Serang di SMA Nurul Islam Kota Serang bukan hanya sekadar rutinitas akademik, melainkan investasi jangka panjang bagi kualitas demokrasi Indonesia. Di tangan Generasi Z-lah arah masa depan bangsa ini akan ditentukan: apakah demokrasi terus berkembang secara sehat, atau justru tergerus oleh kebisingan informasi yang menyesatkan.

‎Digitalisasi tidak bisa dihentikan, tetapi kesadaran kritis bisa ditumbuhkan. Dan di situlah makna utama dari sosialisasi politik digital: membekali generasi muda dengan pikiran jernih, etika kuat, dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi.

Oleh: Anggi Anggraeni Kusumoningtyas


Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url