Obi Bukan Ladang Kepentingan Sendiri
Di hadapan dunia, mereka tampil bak penyelamat, membawa jargon pembangunan dan investasi hijau.
Namun di balik semua itu, yang mereka lakukan hanyalah memperluas kolonialisme dengan JUBAH baru ekstraksi sumber daya alam di pulau obi, perampasan tanah adat, dan militerisasi wilayah.
Mereka tidak datang untuk membangun jln , mereka datang demi kepentingan ekonomi politik.
Itu bukan sekadar ilustrasi, itu kenyataan yang kami hadapi masyarakat adat di obi sendiri setiap hari.
Di balik setiap izin tambang, ada suara yang dibungkam. Di balik setiap proyek jalan, ada hutan yang di habis " dan kampung yang dihancurkan. di obi soligi
Di mana suara demokrasi ketika rakyat obi selatan ambil kebijakan mereka ? Di mana hukum ketika tanah adat dijual tanpa persetujuan pemilik sahnya?
Kami tidak butuh investor yang menginjak-injak kedaulatan. Kami tidak butuh pembangunan yang menggusur dan memenjarakan.
Kami butuh pengakuan hak asasi manusia yang secara moral . Kami butuh keadilan. Yang ad Indonesia Kami butuh kebebasan rakyat.
Obi bukan tanah kosong untuk ditanami ambisi oligarki. Obi adalah tanah yang hidup, punya sejarah, punya budaya, dan punya sumber daya alam yang banyak, masyarakat adat yang merawatnya jauh sebelum republik ini berdiri.
Hari ini, kami tidak meminta. Kami menuntut. Tuntutan kami jelas hentikan eksploitasi, tarik militer dari tanah adat, dan hormati hak asasi manusia menentukan nasib sendiri.
Karena tanpa keadilan untuk obi, demokrasi di negeri ini hanyalah omong kosong.
Penulis: Jusman J Wahid