Puisi: Tanah Warisan Leluhur
Di bawah langit Moloku Kie Raha,
Angin berdesir membawa harum tanah.Di mana pala dan cengkih masih menjadi identitas.
Leluhur kami menanam sejarah di tanah Kolani,
Dengan parang, tifa, dan doa yang mengalir perlahan.
Di Halmahera sana, tiap batu dan sungai berkata,
"Inilah tanah, jangan kau jual warisannya."
Cakalele menari dalam semangat perang,
Langkahnya tegas, tatapannya garang.
Bukan untuk amarah,
Tapi menjaga tanah dengan kehormatan yang megah.
Dana-dana mengalun di pesta rakyat,
Langkah berirama, wajah penuh semangat.
Lelaki dan perempuan menari bersama,
Merayakan hidup, menghormati pusaka.
Soya-Soya pun kembali dikenang,
Tarian perang dengan irama yang tenang.
Mengiringi arwah para sultan mulia,
Yang menjaga negeri ini dari segala mara bahaya.
Namun kini hutan menangis diam-diam,
Pepohonan tua ditebang tanpa salam.
Gunung Halmahera digali jantungnya,
Demi nikel, emas, dan kerakusan manusia.
Sungai-sungai berubah warna,
Ikan mati, sawah menjadi lumpur.
Burung bidadari tak lagi bersenandung,
Kabut tambang menutup cahaya mentari di ujung gunung.
Tanah ini merintih dalam bisu,
Saat alat berat menggusur tanpa ragu.
Di mana adat? Di mana tetua?
Mereka terpinggirkan, dilupa begitu saja.
Hibualamo pun nyaris sunyi dan renta,
Tempat musyawarah kini dijual kata-kata.
Leluhur bersedih di atas langit Kie Raha.
Melihat warisan dijadikan komoditi yang murah harganya.
Eeee ngofa se dano Kie Raha, dengarlah ini,
Jangan biarkan tanah menjadi saksi tragedi.
Jaga warisan dengan hati nurani,
Agar bumi Kie Raha tak jadi ladang abu.
Jangan biarkan uang mengikis nurani,
Jangan tukar warisan dengan janji-janji.
Karena selama tifa-gong masih berdentum di dada,
Tanah leluhur adalah amanah, bukan harta semata.
Ternate, 25 Juni 2025
Muh Ghazali
Kabut tambang menutup cahaya mentari di ujung gunung.
Tanah ini merintih dalam bisu,
Saat alat berat menggusur tanpa ragu.
Di mana adat? Di mana tetua?
Mereka terpinggirkan, dilupa begitu saja.
Hibualamo pun nyaris sunyi dan renta,
Tempat musyawarah kini dijual kata-kata.
Leluhur bersedih di atas langit Kie Raha.
Melihat warisan dijadikan komoditi yang murah harganya.
Eeee ngofa se dano Kie Raha, dengarlah ini,
Jangan biarkan tanah menjadi saksi tragedi.
Jaga warisan dengan hati nurani,
Agar bumi Kie Raha tak jadi ladang abu.
Jangan biarkan uang mengikis nurani,
Jangan tukar warisan dengan janji-janji.
Karena selama tifa-gong masih berdentum di dada,
Tanah leluhur adalah amanah, bukan harta semata.
Ternate, 25 Juni 2025
Muh Ghazali