Ganyang Imperialis AS dan Liberalisasi Pendidikan Jadi Isu Pokok LMND di Hardiknas 2025
![]() |
Massa Aksi LMND di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025. Foto dokumentasi pribadi |
Julfikar sebagai koordinator lapangan dalam orasinya menyampaikan bahwa Imperialisme AS selama ini menghambat bangsa Indonesia untuk maju dan berdaulat.
Dapat dilihat dari Kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump, pada Maret 2025 tentunya ini menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
“Kebijakan ini sangat berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi bangsa, Kenaikan tarif ini memberikan tekanan besar pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang merupakan tulang punggung ekonomi nasional. Mereka menghadapi penurunan daya saing produk di pasar internasional, khususnya di Amerika Serikat, yang dapat mengakibatkan penurunan permintaan ekspor dan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor-sektor padat karya,” ujar Julfikar.
Julfikar juga menyerukan kemandirian nasional, negara tidak boleh terus menerus bergantung pada amerika serikat.
“Kebijakan ini sangat berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi bangsa, Kenaikan tarif ini memberikan tekanan besar pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang merupakan tulang punggung ekonomi nasional. Mereka menghadapi penurunan daya saing produk di pasar internasional, khususnya di Amerika Serikat, yang dapat mengakibatkan penurunan permintaan ekspor dan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di sektor-sektor padat karya,” ujar Julfikar.
Julfikar juga menyerukan kemandirian nasional, negara tidak boleh terus menerus bergantung pada amerika serikat.
Pemerintah dapat melakukan penguatan industri dalam negeri dan bisa melakukan diplomasi ekonomi yang lebih aktif untuk menghadapi tantangan perdagangan global.
"Kami dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi menolak keras segala macam bentuk tekanan ekonomi termasuk kebijakan tarif tinggi yang dikenakan terhadap produk-produk Indonesia, karena hal ini mencerminkan praktik imperialisme modern yang menghambat kemandirian ekonomi bangsa-bangsa berkembang," tegas Julfikar di sela-sela orasinya.
Kenaikan tarif ini lanjut Julfikar tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, akan tetapi akan berdampak pada sektor pendidikan.
"Kami dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi menolak keras segala macam bentuk tekanan ekonomi termasuk kebijakan tarif tinggi yang dikenakan terhadap produk-produk Indonesia, karena hal ini mencerminkan praktik imperialisme modern yang menghambat kemandirian ekonomi bangsa-bangsa berkembang," tegas Julfikar di sela-sela orasinya.
Kenaikan tarif ini lanjut Julfikar tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, akan tetapi akan berdampak pada sektor pendidikan.
Kenaikan tarif ini akan mengganggu ekspor Indonesia dan mengurangi devisi negara.
Jika pendapatan negara dari sektor perdagangan menurun, anggaran nasional bisa terdampak, termasuk alokasi untuk pendidikan.
“UKT akan semakin mahal sehingga pendidikan tidak dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sebenarnya ini problem lama dalam dunia pendidikan yang sampai hari ini belum mampu diselesaikan. Intervensi AS dalam sektor pendidikan termuat dalam regulasi UU sisdiknas No.12 tahun 2013 sehingga komersialisasi dan liberalisasi pendidikan langgeng sampai hari ini dan semakin diperkuat dengan kenaikan tarif ini,” kata Julfikar.
“UKT akan semakin mahal sehingga pendidikan tidak dapat diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia. Sebenarnya ini problem lama dalam dunia pendidikan yang sampai hari ini belum mampu diselesaikan. Intervensi AS dalam sektor pendidikan termuat dalam regulasi UU sisdiknas No.12 tahun 2013 sehingga komersialisasi dan liberalisasi pendidikan langgeng sampai hari ini dan semakin diperkuat dengan kenaikan tarif ini,” kata Julfikar.
Terakhir Julfikar dengan lantang menyampaikan bahwa tarif resiptrokal menciptakan efek domino yang bisa membatasi akses pendidikan, menurunkan kualitas pembelajaran, dan mempersempit kesempatan generasi muda Indonesia untuk berkembang secara global.***